Pernikahan siri diartikan sebagai pernikahan yang dianggap sah bila memenuhi syarat dan rukun dalam pernikahan agama Islam. Akan tetapi praktek nikah siri ini tidak tercatat di KUA atau belum sah secara hukum di Indonesia. Meski begitu nyatanya nikah siri masih sering terjadi di Indonesia, karena untuk menghindari fitnah dari pasangan tersebut. Meskipun belum sah secara hukum, pernikahan siri juga memiliki kewajiban untuk seorang suami ataupun istri, yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari pernikahan yang sah secara hukum. Jika kamu ingin mengetahuinya, Bridespedia telh merangkumnya untukmu. Berikut pemaparan kewajiban setelah nikah baik kewajiban suami maupun kewajiban istri dalam pandangan agama islam.
Kewajiban Setelah Nikah Siri Beserta Dalil yang Menjelaskannya
Kewajiban Suami yang Menjadi Hak Istri
1. Mahar
Maskawin atau mahar dilukiskan dengan sesuatu yang diwajibkan bagi suami. Maskawin harus sesuai dengan ukuran masyarakat setempat serta tidak memberatkan suami dan tidak juga merugikan istri.
Allah berfirman dalam QS. An nisa ayat 4 yang artinya, “Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa membayar maskawin (mahar) untuk istri adalah kewajiban seorang suami, dan maskawin itu adalah hak istri secara penuh, dia bebas untuk menggunakannya dan bebas pula untuk memberikan seluruhnya atau sebagian dari mahar tersebut kepada siapapun termasuk suaminya.
2. Nafkah
Menurut Ibrahim Muhammad al-Jamal dalam bukunya “Fiqih Wanita”, Nafkah adalah apa saja yang diberikan oleh suami kepada istri, seperti makanan, pakaian, uang, atau yang lainnya.
Allah berfirman dalam QS. Al baqarah ayat 233 yang artinya, “…Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya…”
Ayat di atas menjelaskan bahwa suami wajib memberi nafkah untuk ibu (istri) dan anaknya dengan cara yang ma‟ruf, yaitu menurut tradisi yang berlaku bagi mereka di tempat yang bersangkutan ini tinggal tanpa berlebih-lebihan dan juga tidak terlalu minim yakni sesuai dengan kemampuan dari pihak suami.
ADV 2
3. Pendidikan dan Pengajaran
Suami bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya kelak di hadapan Allah, sehingga sudah sepatutnya ia memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik terhadap mereka.
Allah berfirman dalam QS. At Tahrim Ayat 6 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…”
Ayat di atas memberikan sebuah tuntunan untuk menjaga istri, dan anak-anaknya dengan memberikan pengajaran atau pun pendidikan terkait agama kepada setiap anggota keluargamu.
ADV 1
4. Memimpin dan Melindungi Keluarga
Allah berfirman dalam QS. An Nisa ayat 34 yang artinya, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)..”
Dari ayat di atas kita mengetahui bahwa suami memiliki kewajiban memimpin dan melindungi keluarganya. Sehingga ia memiliki tanggung jawab penuh terhadap keluarganya tersebut.
5. Memperlakukan Istri dengan Baik
Allah berfirman dalam QS. An Nisa Ayat 19 yang artinya, “Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa memperlakukan istri dengan baik adalah sebuah tuntunan suami pada istri.
Kewajiban Istri yang Menjadi Hak Suami
1. Taat dan Patuh pada Suami
Istri yang baik harus taat dan patuh kepada perintah suaminya. Namun kepatuhan tersebut tidak berlaku bila suami memerintahkan untuk melakukan perbuatan dosa. Misalnya suami menyuruh untuk tidak sholat. Namun bila istri tidak patuh pada suami, maka halal bagi suami memberikan nasihat dan pengajaran.
Allah berfirman dalam QS. An Nisa Ayat 34 yang artinya, “Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha tinggi, Maha Besar.”
2. Meminta Izin Suami bila Ingin Keluar Rumah
Rasulullah Shallahu Alaihi Wasalam bersabda yang artinya, “Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa izin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya.” ( HR. Al Khatib ).
Seorang istri harus izin kepada suaminya untuk keluar rumah termasuk untuk ke rumah orang tuanya.
3. Selalu bersyukur
Sudah sepatutnya setiap muslim selalu bersyukur dengan semua yang telah Allah berikan padanya, tak terkecuali seorang istri terhadap kecukupan suaminya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya:
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan ia tidak merasa cukup dengan apa yang diberikan suaminya” (HR. An Nasa’i)
4. Pandai Menyenangkan Suami
Mengenai hal ini, ada sebuah hadits dari Abu Hurairah, pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik? ” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai dan Ahmad).
Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah paham dalam memenuhi hasrat suami. Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu subuh” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada dasarnya kewajiban setelah menikah siri bagi sepasang suami dan istri adalah sama dengan kewajiban suami dan istri yang menikah di KUA. Hanya saja pernikahan siri tidak memiliki payung hukum atas kewajiban dan hak bagi suami dan istri yang menikah siri tersebut. Sehingga bila ada masalah dalam rumah tangganya, maka tidak ada yang bisa melindungi hak dan kewajibannya.
Semoga bermanfaat.
